Jumat, 26 November 2010

Pendidikan Islam Zaman Madrasah (Nizamiyah & Al-Azhar)

PENDAHULUAN

Pendidikan Islam secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk dan variasi. Di samping lembaga yang bersifat umum, seperti masjid, terdapat lembaga-lembaga lain yang mencerminkan kekhasan orientasinya. Ahmad Syalabi menyebutkan tempat-tempat itu, antara lain al-khuttab, al-qushur, Hawanit, Manzil Al-Ulama, al-salun al-adabiyah, al-badiyah, al-masjid, dan madrasah. Lalu ia membagi institusi-institusi pendidikan islam tersebut menjadi dua kelompok, yakni kelompok sebelim madrasah dan sesudah madrasah. Dengan demikian, berdirinya madrasah merupakan tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan islam dan untuk membedakannya dengan era pendidikan Islam sebelumnya.

Madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abaad ke-11-12 M (abad 5 H), khususnya ketika wazir Bani Saljuk, Nizam Al-Mulk mendirikan Madrasah Nizamiyah di Baghdad. Walaupun bukan berarti ia orang pertama yang mendirikan madrasah, tetapi ia berjasa dalam mempopulerkan pendidikan madrasah bersamaan dengan reputasinya sebagai wazir. Di samping itu lembaga madrasah ini dianggap sebagai prototype awal pembangunan lembaga pendidikan tinggi setelahnya.

  1. Madrasah Nizamiyah

A. Letak Geografis dan Motivasi Pendirian Madrasah Nizamiyah Baghdad

Madrasah Nizamiyah di Baghdad terletak di dekat sungai Dijlah di tengah-tengah pasar salasah (suq as-salasah) di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457H/1065M dan selesai pada tahun 459H. Madrasash ini tetap hidup sampai pertengahan abad ke-14 Masehi, yaitu ketika dikunjungi oleh Ibnu Batutah. Ahmad Syalabi berkeyakinan bahwa pasar Al-Chaffafin yang terdapat di Baghdad saat ini adalah tempat di mana Madrasah Nizamiyah dulunya berdiri.

Menurut Mahmud Yunus, di antara motivasi pendirian banyak madrasah di masa pengaruh Turki (Saljuk) adalah untuk mengambil hati rakyat, mengharap pahala dan ampunan dari Allah, memelihara kehidupan anak-anaknya dikemudian hari, memperkuat aliran keagamaan bagi sultan atau pembesar. Motif-motif ini, terutama motif politik dan motif doktrin keagamaan tampak dominan pada Madrasah Nizamiyah. Keterangan yang mendukung hal tersebut adalah sebagai beriku:

Diakui bahwa penaklukan Bani Saljuk terhadap Dinasti Buwaihi di Irak dan masuknya mereka ke kota Baghdad pada tanggal 25 Muharram 447H, merupakan kemenangan Ahlussunnah terhadap Syi'ah. Penguasa Saljuk-mereka merupakan pengikut fanatik Sunni-menginginkan akidah mereka tertanam kuat dan terkikisnya paham-paham Syi'ah. Hal itu akan dapat terealisasikan dengan jalan penyebaran ilmu, untuk itu mereka mendirikan madrasah

B. Sistem Pendidikan Madrasah Nizamiyah Baghdad

Untuk menjelaskan sistem pendidikan di Madrasah Nizamiyah, secara sederhana akan dibahas komponen-komponen pendidikan yang terdapat pada Madrasah Nizamiyah yang dianggap sebagai model bagi sistem pendidikan modern.

1. Tujuan Pendidikan Madrasah Nizamiyah Baghdad

Tujuan Pendidikan Madrasah Nizamiyah tidak terlepas dari tiga tujuan pokok: Pertama, mengkader calon-calon ulama yang menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi'ah; Kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkannya ke tempat-tempat lain; ketiga, membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya dibidang peradilan dan manajemen.

2. Kurikulum dan Metode Pengajaran Madrasah Nizamiyah Baghdad

Mahmud Yunus mengatakan bahwa kurikulum Madrasah Nizamiyah tidak diketahui dengan jelas. Namun dapat disimpulkan bahwa materi-materi ilmu syari'ah diajarkan di sini sedangkan ilmu hikmah (filsafat) tidak diajarkan. Fakta-fakta yang mendukung pernyataan ini adalah; Pertama, tidak ada seorangpun di antara ahli sejarah yang mengatakan bahwa di antara materi pelajaran terdapat ilmu-ilmu umum. Kedua, guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizamiyah merupakan ulama-ulama syari'ah. Ketiga, pendiri madrasah ini bukanlan pembela filsafat. Keempat, zaman berdirinya madrasah ini merupakan zaman penindasan ilmu filsafat dan para filosof.

Dari keterangan lain disebutkan bahwa pelajaran di Madrasah Nizamiyah berpusat pada Al-qur'an (membaca, menghafal, dan menulis), sastra arab, sejarah Nabi Muhammad saw. dan berhitung, dengan menitikberatkan pada mazhab Syafi'i dan sistem teologi Asy'ariyah. Abdul Majid ketika menjelaskan segi-segi negatif Madrasah Nizamiyah mengatakan bahwa madrasah ini mengkonsentrasikan usahanya pada pengajaran ulum al-syar'iah dan ushul al-din sesuai tujuan yang telah ditetapkan padanya. konsekuensinya, Madrasah Nizamiyah mengabaikan ilmu-ilmu terapan yang praktis (al-ulum al-tatbiqiyah al-amaliyah).

Pengajaran di Madrasah Nizamiyah berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah/talqin), sementar para siswa duduk mendebgarkan di atas meja-meja kecil yang disediakan. kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi (munaqasyah) antara guru dan para siswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.

3. Tenaga Pengajar dan Pelajar Madrasah Nizamiyah Baghdad

Madrasah Niozamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pendidikan tingkat tnggi pula. Oleh karena itu, pemilihan guru-guru yang mengajar di madrasah ini sangat selektif. Ulama-ulama terkemuka pada waktu itu dan guru-guru besar yang masyhur dan mempunyai kompetensi dibidangnyalah yang dipilih untuk mengajar. Status guru-guru tersebut ditetapkan dengan pengangkatan oleh khalifah dan bertugas dalam masa tertentu. Di dalam melaksanakan tugasnyaseorang pengajar selalu dibantu oleh seorang pembantu, ia bukan guru tetapi lebih tinggi kedudukannya dari para pelajar biasa.

Nizam Al-Mulk juga menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dn memberi mereka fasilitas asrama. Mereka yang tinggal di asrama diberi belanja secukupnya. Ia mengumumkan kepada semua orang bahwa pengajaran di sekolah-sekolahnya terbuka untuk siapa saja tanpa membedakannya. ia memberi bantuan untuk semua pelajar tanpa mengharap kembali, dan seluruh biaya pendidikan di situ gratis. Ia juga menetapkan beasiswa secara teratur kepada siswa yang kurang mampu, di antara yang memanfaatkan kesempatan ini adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali dan saudaranya Ahmad.

4. Pendanaan dan Sarana Madrasah Nizamiyah Baghdad

Dalam pembangunan madrasah, wazir Nizar Al-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai mudarris, imam, dan juga mahasiswa yang menerima beasiswa dan fasilitas asrama. Dengan dana itu, ie mendirikan madrasah-madrasah Nizamiyah di hampir seluruh wilayah kekuasaan Bani Saljuk saat itu, mendirikan perpustakaan dengan lebih kurang 6.000 jilid buku lengkap dengan katalognya, lalu menetapkan anggaran belanja seluruh madrasah-madrasah itu sebesar 600.00 dinar. Kemudian Madrasah Nizamiyah Baghdad saja sepersepuluhnya, yaitu 60.000 dinar tiap tahun.

C. Pengaruh Madrasah Nizamiyah

A.L Tibawi dalam hal ini menyebutkan bahwa eksklusivisme madrasah telah memberikan pengaruh (influence) pada masyarakat, baik bidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan.

Nizam Al-Mulk dalam kaitan ini dikenal sebagai pejabat pemerintah yang memiliki andil besar dalam penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingannya dalam pemerintahan merupakan sesuatu yang sangat menentukan juga. Dalam batas ini memang madrasah merupakan kebijakan religio-politik penguasa.

  1. Madrasah Tingkat Tinggi (Universitas Al-Azhar)

A. Latar Belakang Historis Berdirinya Al-Azhar

Dinasti Fatimiyah adalah sebuah dinasti yang erletak di Tunisia yang dibangun pada tahun 909 M. Pada waktu kaum Fatimiyah menaklukan Mesir pada tahun 338 M, panhlima perang Dinasti Fatimiyah, khalifah Mauizuddin li Dinillah, membangun masjid dengan nama al-azhar, pada tanggal 24 Jumadil Ula 359 H/390 M dan selesai pembangunannya pada bulan Ramadhan 361 H. Nama Masjid al-azhar merupakan nama yang dinisbatkan kepada putri Nabi Muhammad saw. Fatimah Al-Zahra. Sebelumnya nama masjid tersebut adalah Al-Qohiroh yang berarti sama dengan nama kota, yaitu Cairo, dan dikaitkan dengan kata-kata Al-QohirohAl-Zahirah yang berarti kota cemerlang. Baru setelah 26 bulan al-azhar dibuka untuk umum, tepatnya pada bulan Ramadhan 361 H dengan diawali kuliah agama perdana oleh Al-Qodi Abu Hasan Al-Qoirowani pada masa pemerintah Malik Al-Nasir.

Seperti halnya dengan masjid-masjid yang lain, al-azhar disamping menyelenggarakan pendidikan juga befungsi sebagai tempat ibadah, ma sjid ini sebenarnya dipuruntukkan dinasti Fatimiyah yang sedang bersaing dengan kekhalifahan di Baghdad. Usaha yang dilakukannya ialah dengan mengajarkan mazhab Syi’ah kepad kder-kader mubaligh yang bertugas meyakinkan masyarakat akan kebenaran mazhab yang dianut.

Masjid Al-Azhar adalah sebagai pust ilmu pengetahuan, tempat diskusi bahasa dan juga mendengarkan kisah dari orang yang ahli bercerita. Baru setelah pemerintahan di pegeng oleh Al-Aziz Billah mengubah fungsi masjid al-azhar menjadi universitas.

Program yang dilontarkan kaum Fatimiyah meliputi dua tahap: tahap pertama, pelaksanaan pengajaran serta pembentukan undang-undang; tahap kedua, da’wah secara rahasia. Kedua hal ini tampak jelas dalam dokumen pengangkatan Propagandis Agung (Da’id Du’ad) oleh khalifah Fatimiyah.

B. Al-Azhar Dalam Kekuasaan Khalifah

1. Masa Dinasti Fatimiyah

Al-azhar pada masa Dinasti Fatimiyah merupakan lembaga yang menjadi corong dan alat untuk propaganda kekuasaan kekhalifahan, sekaligus sebagai alat penyebaran doktrin ajaran Syi’ah. Pada masa sistem pengajaran terbagi menjadi empat kelas, yaitu:

Pertama, kelas umum diperuntukkan bagi orang yang datang kr al-azhar untuk mempelajari Al-qur’qn dan penafsirannya; kedua, kelas para mahasiswa Universitas Al-Azhar kuliah dengan para dosen yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya; ketiga, kelas Darul hikam, kuliah formal ini diberikan oleh para mubaligh seminggu sekali pada hari senin yang dibuka untuk umum dan pada hari kamis dibuka khusus untuk mahasiswa pilihan; keempat, kelas nonformal, yaitu kelas untuk pelajar wanita.

Mahasiswa yang belajar di al-azhar dilarang mempelajari mazhab selain mazhab Syi’ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang menyimpan kitab al-muwaththo, karya monumentalnya Imam Malik dikenai hukum dan dipenjarakan tahun 381 H/991.

2. Masa Dinasti Ayyubi

Sejalan dengan pergantian kekhalifahan, dari dinasti Fatimiyah ke dinasti Ayyubi, keduanya memiliki pemikiran dan menganut mazhab yang berbeda, maka hak-hak yang telah diberikan Dinasti Fatimiyah, yaitu Khalifah Al-Aziz dan Al-Hakim kepada al-azhar, dihentikan haknya pada Dinasti Ayyubi,di antaranya pencabutan hak menyampaikan khutbah.

3. Masa Dinasti Mamalik

Pada masa terjadi serbuan besar-besaran dari bangsa Mongol ke Timur dn jatuhnya Islam di Barat, sehingga menyebabkan banyak ulama dan ilmuwan Muslim yang mencari perlindungan ke al-azhar. Hal ini menyebabkan posisi al-azhar menjadi penting. Disamping itu, menambah masyhur nama al-azhar di mata Dunia Islam. Sejak saat itu, banyak pelajar dan Negara-negara Islam yng tertarik menjadi mahasiswa dan belajar di al-azhar. Para orientalis menyebutnya sebagai zaman keemasan dalam sejarah al-azhar.

Hancurnya Baghdad dan Spanyol sebagai pusat peradaban pemerintahan, menjadikan al-azhar sebagai satu-satunya tempat untuk berlindung bagi para ulama. Sementara berkumpulnya para ilam yang mengungsi di al-azhar, mendorong bangkitnya al-azhar dari ketidakadaan aktivitas, menjadi sibuk dengan aktivitas. Sedangkan pembiayaan operasional al-azhar banyak ditopang oleh para penguasa yang memberikan bantuan pendanaan secara ikhlas. Itulah sebabnya banyak mahasiwa yang datang ke Cairo berasal dan Negara Iraq dan Afrika Utara.

C. Metodologi dan Kurikulum Pengajaran

Pada mulanya pengajaran di Universitas Al-Azhar sama dengan institusi pendidikan yang lain, yaitu sistem berhalaqoh (melingkar); seorang pelajar bebas memilih guru dan pindah sesuai dengan kemauan. Umumnya guru atau Syaikh yang mengajar itu duduk ersama para pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang diajarkannya. Disamping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai mtode dalam proses pembelajaran antar-pelajar, seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan penajaman dari materi yang didiskusikan.

Kurikulum yang dipakai di al-azhar pada mulanya fiqih dan al-qur’an, ilmu agama lainnya. Namun setelah menjadi Universitas, mulai memasuki ilmu-ilmu umum, seperti kedokteran, ilmu sejarah, ilmu hitung, logika, dan lain-lainnya.

D. Peran Al-Azhar Dalam Mencetak Ulama

Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan tnggi masa itu, telah banyak melahirkan ulama yang tidak diragukan lagi dari aspek keilmuannya, dan telah banyak menyumbangkan khazanah ilmu pangetahuan terutama keislaman, baik dari Mesir maupun ulama yang berasl dari daerah lainnya. Di antara meraka ialah Izauddin bin Abdissalam, Imam Subki, Jalaluddin As-Suyuti, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani, dan lain-lain dan karya monumental dari para ulama tersebutmasih dapat dipelajari dan disaksikan sampai sekarang ini.

KESIMPULAN

· Madrasah Nizamiyah merupakan prototype awal bagi lembaga pendidikan tnggi, ia juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, dan merupakan karateristik tradisi pendidikan Islam sebagai suatu pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintahan/penguasaan ikut terlibat di dalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik, dan lain-lain, yang memberikan inspirasi pada pendirian universitas-universitas modern.

· Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah dikenalkan sebagai universitas tertua di dunia, karena sejak itu telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu agama, seperti fiqih, al-qur’an, hadits, tasawwuf, bahasa arab, nahwu, sharaf, dan lain-lain. Sedangkan ilmu-ilmu umum, yang diajarkan meliputi ilmu kedokteran, matematika, logika, sejarah, dan lain-lain.

Latar berdirinya al-azhar adalah untuk kepentingan para penguasa dari Dinasti Fatimi yang ingin menanamkan kekuasaannya melalui pendekatan pengajaran ajaran Syi’ah. Al-Azhar sejak berdirinya mengalami pasang surut karena pengaruh kepentingan penguasa saat itu. Hal ini karena posisi al-azhar sudah dijadikan alat dan tunggangan politik Dinasti Fatimi yang bermazhab Syi’ah, sehingga setiap pergantian kekuasaan, aturan yang sudah ada mengalami penyesuaian bahkan perombakan oleh kekhalifahan yang berkuasa berikutnya.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.
    Boleh ana tahu rujukannya?

    BalasHapus
  2. Merit Casino Review & Bonus Codes
    Merit Casino is one of the world's leading online casino 메리트카지노 software developers. The platform's focus choegocasino is to provide games, bonuses, and security, 🎲 Games: 250+Withdrawal Methods: Interac + more🎰 Min Withdrawal: €/£50📱 Mobile Version: 1xbet korean Android,iPhone,iPad,Other Mobile Bonuses: 100% up to €/$500

    BalasHapus